Kamis, 12 Juni 2014


A. Latar Belakang
Allah SWT menurunkan Al-Quran selain sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad saw. juga sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat Islam pada khususnya dan seluruh manusia pada umumnya. Baik itu petunjuk tentang kehidupan di dunia, maupun petunjuk tentang kehidupan akhirat.
          Selain itu, al-Quran juga menjadi sumber pokok ajaran Islam. Sebagai sumber pokok ajaran Islam, al-Quran tidak hanya berisi ajaran yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga berisi ajaran tentang sosial, ekonomi, akhlak atau moral, pendidikan, kebudayaan, politik, dan sebagainya. Dengan demikian al-Quran menjadi way of life bagi seluruh umat manusia.
          Al-Quran sebagai wahyu Allah tidak tertandingi kemukjizatannya dari dahulu sampai sekarang, khususnya dari aspek keindahan bahasa yang mengandung nilai sastra tinggi. Sehingga dalam menyampaikan isi ajarannya al-Quran memiliki banyak cara dan bahasa-bahasa spesifik, diantaranya melalui qas{as{ dan amtha>l. Qas{as{ atau cerita  di dalam Al-Quran menceritakan tentang keadaan umat-umat terdahulu, kenabian (nubu>wat) terdahulu dalam menyeru umat mereka ke jalan Tuhan dan peristiwa yang telah terjadi pada masa lalu untuk dijadikan teladan serta pelajaran bagi umat yang hidup setelahnya.
          Sedangkan Amtha>l (perumpamaan) merupakan salah satu aspek keindahan retorika al-Quran yang dapat menampilkan pesan yang berbekas pada hati sanubari. Sebagaimana diketahui bahwa al-Quran tidak hanya memuat permasalahan dunia yang dapat diindera, tetapi juga berbicara tentang kehidupan akhirat dan hakikat lain yang memiliki makna dan tujuan ideal yang tidak dapat diindera dan berada di luar pemikiran akal manusia. Maka dalam pembahasan yang terakhir al-Quran menuangkannya dalam bentuk kata-kata yang indah, memesona, dan mudah dipahami yang dirangkai dalam untaian-untaian perumpamaan dengan sesuatu yang diketahui secara yakin. Ini kemudian yang dinamakan tamthil (perumpamaan).
          Maka dalam makalah ini dibahas kajian seputar Qas{a{s dan Amtha>l di dalam, al-Quran yang meliputi macam-macamnya, faedah, tujuannya, dan urgensitas dan manfaat mempelajarinya.  

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Amtha>l
Secara morfem tas}ri>fi>, kata amtha>l adalah bentukan  dari matsal, mitsl dan matsil yang berarti sama dengan syabah, syibh, dan syabih, yang sering kita artikan dengan perumpamaan[1],  Sedangkan menurut  ibn Faris, kata mathal, mitsl dan mathi>l memiliki arti yang sama, yaitu sepadan dengan kata naz}i>r atau shabi>h[2]. Sedangkan menurut istilah sastra amtha>l adalah:
قول محكي سائر يقصد منه تشبيه حال الذي حكي فيه بحال الذي قيل لأجله أي يشبه مضربه بمورده، مثل " رب رمية من غير رام
“ suatu ungkapan atau pernyataan yang diceritakan dan sudah cukup tersohor, dalam arti menyerupai keadaan yang terdapat dalam suatu perkataan dengan kondisi tertentu, yang karenanya perkataan itu diucapkan. Yakni menyerupakan sesuatu dengan apa yang terkandung dalam suatu perkataan, misalnya ungkapan yang menyatakan “ betapa banyak lemparan panah mengenai sasaran tanpa sengaja “[3]
Orang yang pertamakali mengucapkan hal tersebut adalah al-H}akam Ibn Yaguth al-Nahri, perkataan itu dimaksudkan untuk orang yang selalu berbuat salah, akan tetapi terkadang melakukan kebenaran. Oleh karena itu lah matha>l harus mempunyai sumber keserupaan antara sumber yang diserupakan[4].
B. Rukun Amthal(Tasybih)
Ketika berbicara masalah matha>l , maka kita tidak akan bisa lepas dari ilmu balagah, sebagai sebuah keilmuan sastra arab, yang fokus kajiannya terdapat sub bahasan tentang Matha>l Matha>l  atau Tashbi>h. Dalam ilmu Balagah, rukunamtha>l atau tashbi>h ada empat[5], yaitu:
1.       Wajh syibh ; yaitu pengertian yang bersama-sama yang ada pada musyabbah dan musyabbah bih, atau dengan kata lain letak persamaan diantara keduanya[6].
2.      Alat tashbi>hatau terkadang disebut juga adat tashbi>h; yaitu sebuah intrument untuk membentuk kalimat tashbi>h contoh,kaf, mithl, kaanna, dan semua lafadz yang menunjukkan makna perumpamaan[7].
3.       Mushabbah;yaitu sesuatu yang diserupakan (menyerupai) mushabbah bih.
4.      Mushabbah bih;yaitu sesuatu yang diserupai oleh mushabbah.
Sebagai contoh, firman Allah SWT (QS. 2: 261)
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ في كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةَ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَآءُ وَ اللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah milipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.[8]
Wajh Shibh yang terdapat pada ayat ini adalah pertumbuhan yang berlipat-lipat. Adat tashbi>hnya adalah kata mathal. Mushabahnya adalah infaq atau s}adaqah dijalan Allah, sedangkan mushabbah bihnya adalah benih.

C. Macam-Macam Amtsal
1.      Amtha>l mus}arrahah
Yaitu amthal yang jelas, yakni yang jelas menggunakan kata-kata perumpamaan atau kata menunjukkan penyerupaan.. Amtha>l jenis ini banyak terdapat dalam al-Qur’an.  Seperti yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Dalam ayat ini dijelaskan keuntungan besar bagi orang-orang yang mau berinfak dengan menyamakannya terhadap orang yang menanam 1 butir biji yang kelak menghasilkan 700 butir biji. Penyamaan pahala orang yang infak dengan hasil tanaman pada ayat ini jelas menggunakan lafazh matsal (مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ…). Dalam ayat ini yang disamakan adalah keuntungan.
2.      Al-amtha>l al-ka>minah
Yaitu perumpamaan yang tidak jelas dengan tanpa menggunakan lafazh matsal atau sejenisnya, akan tetapi artinya menunjukkan arti perumpamaan yang indah dan singkat. Makna amtha>lseperti ini akan mengena jika lafazh tersebut dinukilkan kepada hal yang menyerupainya.
Jadi, sebenarnya dalam al-amtha>lal-kaaminah al-Qur’an itu sendiri tidak menjelaskan bentuk perumpamaan terhadap suatu makna tertentu. Hanya saja maknanya menunjukkan pada makna suatu perumpamaan. Tegasnya amthaljenis ini merupakan perumpamaan maknawi yang tersembunyi, bukan perumpamaan lafzhi yang jelas.Salah satu contoh al-amthalal-kaaminah adalah sebagaimana ungkapan yang disebutkan orang Arab yang berupa خَيْرُ الْأُمُوْرِ أَوْسَطُهَا (sebaik-baiknya perkara adalah tengah-tengah). Ungkapan ini merupakan hasil perumpamaan dari beberapa ayat al-Qur’an, di antaranya:
·         Surat al-Baqarah ayat 68:
إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا فَارِضٌ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ…الأية
Artinya: “…bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu…”[9]
·         Surat al-Furqan ayat 67:
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”[10]
·         Surat al-Israa’ ayat 29:
وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”[11]
·         Surat al-Israa’ ayat 110:
وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
Artinya: “…Katakanlah: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.[12]
3.      Amtha>l mursalah
Yaitu kalimat-kalimat al-Qur'an yang disebut secara lepas tanpa ditegaskan redaksi penyerupaan, tetapi dapat digunakan untuk penyerupaan. Tetapi khusus mengenai amtha>lmursalah, para ulama berbeda pendapat dalam menganggapinya. Sebagian ulama menganggap amtha>lmursalah telah keluar dari etika al-Qur'an. Menurut al-Ra>zi ada sebagaian orang-orang menjadikan ayat lakum di>nukum wa liyadi>n sebagai perumpamaan ketika mereka lalai dan tak mau menaati perintah Allah. al-Ra>zi lebih lanjut mengatakan bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan sebab Allah tidak menurunkan ayat ini untuk dijadikan perumpamaan, tetapi untuk diteliti, direnungkan dan kemudian diamalkan[13].
 Sebagian ulama lain beranggapan bahwa mempergunakan amtha>lmursalah itu boleh saja kalu hanya sebatas dalam hal positif, karenaamtha>llebih berkesan dan dapat mempengaruhi jiwa manusia. Seseorang boleh saja menggunakan amtha>ldalam suasana tertentu[14].

D. Manfaat AmthalAl-Qur'an
Manna>’ al-Qat}t}a>n menjelaskan bahwa diantara manfaat amtha>l dalam al-Qur'an adalah berikut ini[15]:
·         Menampilkan sesuatu yang abstrak (yang hanya ada dalam pikiran) ke dalam sesuatu yang konkret-material yang dapat di indera manusia, contoh dalam surat al-Baqarah ayat 264
يا أيها الذين أمنوا لا تبطلوا صدقاتكم بالمن والأذى كالذي ينفق ماله رئآء الناس ولا يؤمن بالله واليوم الآخر فمثله كمثل صفوان عليه تراب فأصبه وابل فتركه صلدا، لا يقدرون على شيئ مما كسبوا والله لا يهدي القوم الكافرين.
·          Menyingkap makna yang sebenarnya dan memperlihatkan hal yang gaib melalui paparan yang nyata, contoh surat al-baqarah ayat 275
الذين يأكلون الربا لا يقومون إلا كما يقوم الذي يتخبطه الشيطان من المس، ذلك بأنهم قالوا إنما البيع مثل الربا وأحل الله البيع وحرم الربا
·          Menghimpun arti yang indah dalam ungkapan yang singkat sebagaimana terlihat dalam amtha>lka>minah dan amtha>lmursalah.
·          Mendorong orang yang kepadanyaamtha>l itu diturunkan untuk berbuat atau melakukan sesuatu sesuai dengan isi amtha>l tersebut, jika hal itu merupakan suatu yang disenangi jiwa. Dan sebaliknya jika amtha>lnya merupakan hal yang tidak disenangi jiwa, maka ia akan segera meninggalkannya.
مثل الذين ينفقون أموالهم في سبيل الله كمثل حبة أنبتت سبع سنابل في كل سنبلة مائة حبة، والله يضاعف لمن يشاء، والله واسع عليم.
ولا يغتب بعضكم بعضا أيحب أحدكم لحم أخيه ميتا فكرهتموه
·         Amtha>l lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat pengaruhnya dalam memberikan peringatan, sehingga Allah pun lebih banyak membuat perumpamaan dalam al-Qur’an. Hal itu bisa dibuktikan dengan ayat Allah yang secara tegas, Ia membuat amtha>l dalam firmanNya.
ولقد ضربنا للناس في هذا القرآن من كل مثل لعلهم يتذكرون. ( الزمر : 27)













PENUTUP

Dari Uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa amtha>l adalah gaya bahasa yang menggambarkan perumpamaan antara Mushabbah dan Mushabbah bih. Dalam membuat Amtha>l perlu diperhatikan beberapa hal yang menjadi syarat mathal, yaitu harus ada wajh Shibh, Adat tashbi>h, Mushabbah dan Mushabbah bih.
Penggunaan Amthal, sangat memberikan efek mendalam dalam kejiwaan manusia, hal itu pun dilakukan oleh Allah dalam al-Qur’an, Ia banyak menggunakan gaya bahasa Amtha>l dalam tujuan untuk membuat memberikan efek mendalam dalam kejiwaan manusia. Walaupun masih banyak lagi fungsi mathal seperti yang penulis kemukakan dalam isi makalh ini.,
Semoga makalah ini bisa menjadi Amal baik penulis, membawa pencerahan. Dan nanti menjadikan penulis sebagai hambanya yang dalam kategori Mutafaqqih fi> al-di>n Amien.











DAFTAR PUSTAKA
Abadi ,Fairuz. al-Qa>mu>s al-muh}i>t}. Beirut : Da>r al-fikr, 1990
 Abd. Ba>qi Muh}ammad Fuad.al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfa>z} al-Qur’a>n.  Kairo : Dar al-Kutub, t. Th
al- Is}baha>ni, Hamzah Ibn Hasan >.al-durrah al-fa>khirah fi> al-amtha>l al-sa<irah.  Beirut : Dar kutub al-ilmiyyah, 1987
Ali al-S}agi>r , Muhammad Husain.al-S}ur>ah al-Fanniyah fi> al-mathal al-qur’ani . Beirut : Dar al-Fikr, 2004
al-Iska>fi ,Abu Abdurrahman Ibn Junaid >.al-Amtha>l fi> al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, T.th
al-Ma>wardi al-sha>fi.i , Abu al-H}asan ‘Ali> bin Muhammad bin Habib .al-Amth>al al-Qur’aniyyah.  Kairo : Dar al-Mashriq , T.th
Ibn Muhammad al-Qawa>riri, Junaid.Amtha>l al-Qur’an.  Kairo: Dar al-Kutub, 1997
  Ibn Muhammad, Ibrahim.‘Urfah, Amtha>l al-Qur’an.  Beirut : Dar al-kutub al-islamiyyah, T.th
Mu’jam maqa>yis al-lugah. Beirut : Da>r al-Fikr, 1986









AMTHA<<<<<<<>L AL-QURAN
(Hikmah dan Rukunnya)

Makalah Dipresentasikan pada Mata Studi al-Quran
Semester I
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab





Oleh:
Bahrul Ulum
NIM: FO6213078


Dosen Pengampu:
DR. Hj. Astutik, M.Si



PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ( UIN ) SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013




[1]Fairuz Abadi, al-Qa>mu>s al-muh}i>t}, ( Beirut : Da>r al-fikr, 1990 ) hal.494
[2]Mu’jam maqa>yis al-lugah, juz 4 hal. 296
[3]Muh}ammad Fuad Abd. Ba>qi, al-Mu’jam al-Mufahras Li Alfa>z} al-Qur’a>n, ( Kairo : Dar al-Kutub, t. Th ), hal. 546-547
[4] Ibid, 548
[5]Junaid Ibn Muhammad al-Qawa>riri>, Amtha>l al-Qur’an, ( Kairo: Dar al-Kutub, 1997 ) hal. 34
[6]Ibrahim Ibn Muhammad ‘Urfah, Amtha>l al-Qur’an, ( Beirut : Dar al-kutub al-islamiyyah, T.th ) hal. 27
[7]Hamzah Ibn Hasan al- is}baha>ni>, al-durrah al-fa>khirah fi> al-amtha>l al-sa<irah, ( Beirut : Dar kutub al-ilmiyyah, 1987 ) hal. 34
[8]Qur’an terjemah, Menara Qudus.
[9]ibid
[10]Ibid
[11]Ibid
[12]Ibid
[13]Abu Abdurrahman Ibn Junaid al-Iska>fi>, al-Amtha>l fi> al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, T.th ) hal. 51
[14]Muhammad Husain Ali al-S}agi>r, al-S}ur>ah al-Fanniyah fi> al-mathal al-qur’ani, ( Beirut : Dar al-Fikr, 2004 ) hal. 67
[15]Abu al-H}asan ‘Ali> bin Muhammad bin Habib al-ma>wardi al-sha>fi.i><, al-Amth>al al-Qur’aniyyah, ( Kairo : Dar al-Mashriq , T.th ) Hal. 57

0 komentar :

Posting Komentar