A.
Latar Belakang
Allah
SWT menurunkan Al-Quran selain sebagai mukjizat bagi Nabi
Muhammad saw. juga sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat Islam pada
khususnya dan seluruh manusia pada umumnya. Baik itu petunjuk tentang kehidupan
di dunia, maupun petunjuk tentang kehidupan akhirat.
Selain itu, al-Quran juga menjadi
sumber pokok ajaran Islam. Sebagai sumber pokok ajaran Islam, al-Quran tidak
hanya berisi ajaran yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah, tetapi
juga berisi ajaran tentang sosial, ekonomi, akhlak atau moral, pendidikan,
kebudayaan, politik, dan sebagainya. Dengan demikian al-Quran menjadi way of
life bagi seluruh umat manusia.
Al-Quran sebagai wahyu Allah tidak
tertandingi kemukjizatannya dari dahulu sampai sekarang, khususnya dari aspek
keindahan bahasa yang mengandung nilai sastra tinggi. Sehingga dalam
menyampaikan isi ajarannya al-Quran memiliki banyak cara dan bahasa-bahasa
spesifik, diantaranya melalui qas{as{ dan amtha>l. Qas{as{ atau cerita di dalam Al-Quran menceritakan tentang
keadaan umat-umat terdahulu, kenabian (nubu>wat) terdahulu dalam menyeru
umat mereka ke jalan Tuhan dan peristiwa yang telah terjadi pada masa lalu
untuk dijadikan teladan serta pelajaran bagi umat yang hidup setelahnya.
Sedangkan Amtha>l (perumpamaan)
merupakan salah satu aspek keindahan retorika al-Quran yang dapat menampilkan
pesan yang berbekas pada hati sanubari. Sebagaimana diketahui bahwa al-Quran
tidak hanya memuat permasalahan dunia yang dapat diindera, tetapi juga
berbicara tentang kehidupan akhirat dan hakikat lain yang memiliki makna dan
tujuan ideal yang tidak dapat diindera dan berada di luar pemikiran akal
manusia. Maka dalam pembahasan yang terakhir al-Quran menuangkannya dalam
bentuk kata-kata yang indah, memesona, dan mudah dipahami yang dirangkai dalam untaian-untaian
perumpamaan dengan sesuatu yang diketahui secara yakin. Ini kemudian yang
dinamakan tamthil (perumpamaan).
Maka dalam makalah ini dibahas kajian
seputar Qas{a{s dan Amtha>l di dalam, al-Quran yang meliputi macam-macamnya,
faedah, tujuannya, dan urgensitas dan manfaat mempelajarinya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Amtha>l
Secara
morfem tas}ri>fi>, kata amtha>l adalah bentukan dari matsal, mitsl dan matsil yang berarti
sama dengan syabah, syibh, dan syabih, yang sering kita artikan dengan
perumpamaan[1], Sedangkan menurut ibn Faris, kata mathal, mitsl dan mathi>l
memiliki arti yang sama, yaitu
sepadan dengan kata naz}i>r atau shabi>h[2].
Sedangkan menurut istilah sastra amtha>l adalah:
قول محكي سائر يقصد
منه تشبيه حال الذي حكي فيه بحال الذي قيل لأجله أي يشبه مضربه بمورده، مثل "
رب رمية من غير رام
“ suatu
ungkapan atau pernyataan yang diceritakan dan sudah cukup tersohor, dalam arti
menyerupai keadaan yang terdapat dalam suatu perkataan dengan kondisi tertentu,
yang karenanya perkataan itu diucapkan. Yakni menyerupakan sesuatu dengan apa
yang terkandung dalam suatu perkataan, misalnya ungkapan yang menyatakan “
betapa banyak lemparan panah mengenai sasaran tanpa sengaja “[3]
Orang yang pertamakali mengucapkan
hal tersebut adalah al-H}akam Ibn Yaguth al-Nahri, perkataan itu dimaksudkan
untuk orang yang selalu berbuat salah, akan tetapi terkadang melakukan
kebenaran. Oleh karena itu lah matha>l harus mempunyai sumber
keserupaan antara sumber yang diserupakan[4].
B.
Rukun Amthal(Tasybih)
Ketika
berbicara masalah matha>l , maka kita tidak akan bisa lepas dari ilmu
balagah, sebagai sebuah keilmuan sastra arab, yang fokus kajiannya terdapat sub
bahasan tentang Matha>l Matha>l atau Tashbi>h. Dalam ilmu Balagah, rukunamtha>l
atau tashbi>h ada empat[5], yaitu:
1.
Wajh syibh ; yaitu
pengertian yang bersama-sama yang ada pada musyabbah dan musyabbah
bih, atau dengan kata lain letak persamaan diantara keduanya[6].
2.
Alat tashbi>hatau
terkadang disebut juga adat tashbi>h; yaitu sebuah intrument untuk
membentuk kalimat tashbi>h contoh,kaf, mithl, kaanna,
dan semua lafadz yang menunjukkan makna perumpamaan[7].
3.
Mushabbah;yaitu sesuatu
yang diserupakan (menyerupai) mushabbah bih.
4.
Mushabbah bih;yaitu
sesuatu yang diserupai oleh mushabbah.
Sebagai
contoh, firman Allah SWT (QS. 2: 261)
مَثَلُ الَّذِيْنَ
يُنْفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيْلِ اللهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ
سَبْعَ سَنَابِلَ في كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةَ حَبَّةٍ وَاللهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ
يَشَآءُ وَ اللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
“Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya dijalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada
tiap-tiap butir seratus biji. Allah milipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.[8]
Wajh
Shibh yang terdapat pada ayat ini adalah pertumbuhan
yang berlipat-lipat. Adat tashbi>hnya adalah kata mathal. Mushabahnya
adalah infaq atau s}adaqah dijalan Allah, sedangkan mushabbah bihnya
adalah benih.
C.
Macam-Macam Amtsal
1.
Amtha>l
mus}arrahah
Yaitu
amthal yang jelas, yakni yang jelas menggunakan kata-kata perumpamaan
atau kata menunjukkan penyerupaan.. Amtha>l jenis ini banyak terdapat
dalam al-Qur’an. Seperti yang terdapat
dalam surat al-Baqarah ayat 261:
مَثَلُ الَّذِينَ
يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ
سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ
يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Dalam
ayat ini dijelaskan keuntungan besar bagi orang-orang yang mau berinfak dengan
menyamakannya terhadap orang yang menanam 1 butir biji yang kelak menghasilkan
700 butir biji. Penyamaan pahala orang yang infak dengan hasil tanaman pada
ayat ini jelas menggunakan lafazh matsal (مَثَلُ
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ أَمْوَالَهُمْ…). Dalam ayat ini yang disamakan adalah keuntungan.
2.
Al-amtha>l
al-ka>minah
Yaitu
perumpamaan yang tidak jelas dengan tanpa menggunakan lafazh matsal atau
sejenisnya, akan tetapi artinya menunjukkan arti perumpamaan yang indah dan
singkat. Makna amtha>lseperti ini akan mengena jika lafazh tersebut
dinukilkan kepada hal yang menyerupainya.
Jadi,
sebenarnya dalam al-amtha>lal-kaaminah al-Qur’an itu sendiri tidak
menjelaskan bentuk perumpamaan terhadap suatu makna tertentu. Hanya saja
maknanya menunjukkan pada makna suatu perumpamaan. Tegasnya amthaljenis ini
merupakan perumpamaan maknawi yang tersembunyi, bukan perumpamaan lafzhi yang jelas.Salah
satu contoh al-amthalal-kaaminah adalah sebagaimana ungkapan yang disebutkan
orang Arab yang berupa خَيْرُ الْأُمُوْرِ أَوْسَطُهَا (sebaik-baiknya perkara adalah tengah-tengah). Ungkapan ini
merupakan hasil perumpamaan dari beberapa ayat al-Qur’an, di antaranya:
·
Surat
al-Baqarah ayat 68:
…إِنَّهَا
بَقَرَةٌ لَا فَارِضٌ وَلَا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ…الأية
Artinya:
“…bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda;
pertengahan antara itu…”[9]
·
Surat al-Furqan
ayat 67:
وَالَّذِينَ إِذَا
أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
“Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan,
dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara
yang demikian.”[10]
·
Surat al-Israa’
ayat 29:
وَلَا تَجْعَلْ
يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ
مَلُومًا مَحْسُورًا
“Dan
janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”[11]
·
Surat al-Israa’
ayat 110:
…وَلَا
تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
Artinya:
“…Katakanlah: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.[12]
3.
Amtha>l
mursalah
Yaitu
kalimat-kalimat al-Qur'an yang disebut secara lepas tanpa ditegaskan redaksi
penyerupaan, tetapi dapat digunakan untuk penyerupaan. Tetapi khusus mengenai amtha>lmursalah,
para ulama berbeda pendapat dalam menganggapinya. Sebagian ulama menganggap amtha>lmursalah
telah keluar dari etika al-Qur'an. Menurut al-Ra>zi ada sebagaian
orang-orang menjadikan ayat lakum di>nukum wa liyadi>n sebagai
perumpamaan ketika mereka lalai dan tak mau menaati perintah Allah. al-Ra>zi
lebih lanjut mengatakan bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan sebab Allah
tidak menurunkan ayat ini untuk dijadikan perumpamaan, tetapi untuk diteliti,
direnungkan dan kemudian diamalkan[13].
Sebagian ulama lain beranggapan bahwa
mempergunakan amtha>lmursalah itu boleh saja kalu hanya sebatas dalam
hal positif, karenaamtha>llebih berkesan dan dapat mempengaruhi jiwa
manusia. Seseorang boleh saja menggunakan amtha>ldalam suasana
tertentu[14].
D.
Manfaat AmthalAl-Qur'an
Manna>’
al-Qat}t}a>n menjelaskan bahwa diantara manfaat amtha>l dalam al-Qur'an
adalah berikut ini[15]:
·
Menampilkan
sesuatu yang abstrak (yang hanya ada dalam pikiran) ke dalam sesuatu yang
konkret-material yang dapat di indera manusia, contoh dalam surat al-Baqarah
ayat 264
يا
أيها الذين أمنوا لا تبطلوا صدقاتكم بالمن والأذى كالذي ينفق ماله رئآء الناس ولا
يؤمن بالله واليوم الآخر فمثله كمثل صفوان عليه تراب فأصبه وابل فتركه صلدا، لا
يقدرون على شيئ مما كسبوا والله لا يهدي القوم الكافرين.
·
Menyingkap makna yang sebenarnya dan
memperlihatkan hal yang gaib melalui paparan yang nyata, contoh surat
al-baqarah ayat 275
الذين
يأكلون الربا لا يقومون إلا كما يقوم الذي يتخبطه الشيطان من المس، ذلك بأنهم
قالوا إنما البيع مثل الربا وأحل الله البيع وحرم الربا
·
Menghimpun arti yang indah dalam ungkapan yang
singkat sebagaimana terlihat dalam amtha>lka>minah dan amtha>lmursalah.
·
Mendorong orang yang kepadanyaamtha>l
itu diturunkan untuk berbuat atau melakukan sesuatu sesuai dengan isi amtha>l
tersebut, jika hal itu merupakan suatu yang disenangi jiwa. Dan sebaliknya
jika amtha>lnya merupakan hal yang tidak disenangi jiwa, maka ia akan
segera meninggalkannya.
مثل
الذين ينفقون أموالهم في سبيل الله كمثل حبة أنبتت سبع سنابل في كل سنبلة مائة
حبة، والله يضاعف لمن يشاء، والله واسع عليم.
ولا
يغتب بعضكم بعضا أيحب أحدكم لحم أخيه ميتا فكرهتموه
·
Amtha>l lebih
berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat
pengaruhnya dalam memberikan peringatan, sehingga Allah pun lebih banyak membuat
perumpamaan dalam al-Qur’an. Hal itu bisa dibuktikan dengan ayat Allah yang
secara tegas, Ia membuat amtha>l dalam firmanNya.
ولقد ضربنا للناس في
هذا القرآن من كل مثل لعلهم يتذكرون. ( الزمر : 27)
PENUTUP
Dari
Uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa amtha>l adalah gaya bahasa
yang menggambarkan perumpamaan antara Mushabbah dan Mushabbah bih.
Dalam membuat Amtha>l perlu diperhatikan beberapa hal yang menjadi
syarat mathal, yaitu harus ada wajh Shibh, Adat tashbi>h,
Mushabbah dan Mushabbah bih.
Penggunaan
Amthal, sangat memberikan efek mendalam dalam kejiwaan manusia, hal itu pun
dilakukan oleh Allah dalam al-Qur’an, Ia banyak menggunakan gaya bahasa Amtha>l
dalam tujuan untuk membuat memberikan efek mendalam dalam kejiwaan manusia.
Walaupun masih banyak lagi fungsi mathal seperti yang penulis kemukakan dalam
isi makalh ini.,
Semoga
makalah ini bisa menjadi Amal baik penulis, membawa pencerahan. Dan nanti
menjadikan penulis sebagai hambanya yang dalam kategori Mutafaqqih fi>
al-di>n Amien.
DAFTAR PUSTAKA
Abadi ,Fairuz. al-Qa>mu>s
al-muh}i>t}. Beirut : Da>r al-fikr, 1990
Abd. Ba>qi Muh}ammad Fuad.al-Mu’jam
al-Mufahras Li Alfa>z} al-Qur’a>n.
Kairo : Dar al-Kutub, t. Th
al-
Is}baha>ni, Hamzah Ibn Hasan >.al-durrah al-fa>khirah fi>
al-amtha>l al-sa<irah. Beirut
: Dar kutub al-ilmiyyah, 1987
Ali
al-S}agi>r , Muhammad Husain.al-S}ur>ah al-Fanniyah fi> al-mathal
al-qur’ani . Beirut : Dar al-Fikr, 2004
al-Iska>fi
,Abu Abdurrahman Ibn Junaid >.al-Amtha>l fi> al-Qur’an. Beirut:
Dar al-Fikr, T.th
al-Ma>wardi
al-sha>fi.i , Abu al-H}asan ‘Ali> bin Muhammad bin Habib .al-Amth>al
al-Qur’aniyyah. Kairo : Dar
al-Mashriq , T.th
Ibn
Muhammad al-Qawa>riri, Junaid.Amtha>l al-Qur’an. Kairo: Dar al-Kutub, 1997
Ibn Muhammad, Ibrahim.‘Urfah, Amtha>l
al-Qur’an. Beirut : Dar al-kutub
al-islamiyyah, T.th
Mu’jam
maqa>yis al-lugah. Beirut : Da>r al-Fikr, 1986
AMTHA<<<<<<<>L
AL-QURAN
(Hikmah dan Rukunnya)
Makalah
Dipresentasikan pada Mata Studi al-Quran
Semester
I
Program
Studi Pendidikan Bahasa Arab
Oleh:
Bahrul Ulum
NIM: FO6213078
Dosen Pengampu:
DR. Hj. Astutik, M.Si
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI ( UIN ) SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013
[1]Fairuz Abadi, al-Qa>mu>s
al-muh}i>t}, ( Beirut : Da>r al-fikr, 1990 ) hal.494
[2]Mu’jam maqa>yis al-lugah, juz
4 hal. 296
[3]Muh}ammad Fuad Abd. Ba>qi, al-Mu’jam
al-Mufahras Li Alfa>z} al-Qur’a>n, ( Kairo : Dar al-Kutub, t. Th ),
hal. 546-547
[4] Ibid,
548
[5]Junaid Ibn Muhammad
al-Qawa>riri>, Amtha>l al-Qur’an, ( Kairo: Dar al-Kutub, 1997 )
hal. 34
[6]Ibrahim Ibn Muhammad ‘Urfah, Amtha>l
al-Qur’an, ( Beirut : Dar al-kutub al-islamiyyah, T.th ) hal. 27
[7]Hamzah Ibn Hasan al-
is}baha>ni>, al-durrah al-fa>khirah fi> al-amtha>l
al-sa<irah, ( Beirut : Dar kutub al-ilmiyyah, 1987 ) hal. 34
[8]Qur’an terjemah, Menara Qudus.
[9]ibid
[10]Ibid
[11]Ibid
[12]Ibid
[13]Abu Abdurrahman Ibn Junaid
al-Iska>fi>, al-Amtha>l fi> al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr,
T.th ) hal. 51
[14]Muhammad Husain Ali
al-S}agi>r, al-S}ur>ah al-Fanniyah fi> al-mathal al-qur’ani, (
Beirut : Dar al-Fikr, 2004 ) hal. 67
[15]Abu al-H}asan ‘Ali> bin
Muhammad bin Habib al-ma>wardi al-sha>fi.i><, al-Amth>al al-Qur’aniyyah,
( Kairo : Dar al-Mashriq , T.th ) Hal. 57
0 komentar :
Posting Komentar